Siapa yang Meremukkan Kepala Ular dalam Kejadian 3:15? Bunda Maria atau Yesus?

Siapa yang Meremukkan Kepala Ular dalam Kejadian 3:15? Bunda Maria atau Yesus?

"Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." (Kejadian 3:15)
Dalam bahasa Indonesia memang tidak terlihat masalah, karena hanya dikatakan “nya”, tidak spesifik menyatakan laki-laki/ he atau perempuan/ she. Sedangkan dalam bahasa Inggris, memang terdapat dua salinan terjemahan.

Terjemahan Inggris versi RSV, menggunakan kata "HE - HIS" yang artinya dia laki-laki.
"And I will put enmity between thee and the woman, and between thy seed and her seed: HE shall bruise thy head, and thou shalt bruise HIS heel." (Genesis 3:15)

Terjemahan versi Douay-Rheims, menggunakan kata "SHE - HER" yang artinya dia perempuan.
"And I will put enmity between thee and the woman, and between thy seed and her seed: SHE shall bruise thy head, and thou shalt bruise HER heel." (Genesis 3:15)

Teks Ibrani (versi Masorit) menggunakan kata הוּא – HÛ' adalah kata untuk masculine / laki-laki.
 אֵיבָה ׀ אָשִׁית בֵּֽינְךָ וּבֵין הָֽאִשָּׁה וּבֵין זַרְעֲךָ וּבֵין זַרְעָהּ הוּא יְשׁוּפְךָ רֹאשׁ וְאַתָּה תְּשׁוּפֶנּוּ עָקֵֽב׃ ס

Sementara salinan yang berasal dari terjemahan tulisan Bapa Gereja mula-mula dan salinan Vulgata menuliskan IPSA conteret caput tuum ( "dia [perempuan] akan meremukkan kepalamu"). Kata IPSA adalah sebutan untuk perempuan.
Inimicitias ponam inter te et mulierem, et semen tuum et semen illius: IPSA conteret caput tuum, et tu insidiaberis calcaneo eius. (Genesis 3:15)

Para ahli Kitab Suci memperkirakan ada kemungkinan kesalahan penyalinan teks, ketika sang penyalin tidak melihat bahwa subyek kalimatnya telah bergeser, dari “wanita itu” ke “keturunan wanita itu.”

LALU SIAPAKAH YANG MEREMUKKAN KEPALA ULAR? 

Siapa yang Meremukkan Kepala Ular dalam Kejadian 3:15? Bunda Maria atau Yesus?

Yang meremukkan kepala ular adalah BUNDA MARIA!

Mengapa Bunda Maria lah yang meremukkan kepala ular?

1. Karena paralelisme yang dibangun oleh Allah sendiri. Allah mengadakan permusuhan antara wanita dengan ular dan keturunanan wanita dengan keturunan ular. Ada dua peperangan yang terjadi yaitu wanita berperang dengan ular dan keturunan wanita berperang dengan keturunan ular. Ini adalah sebuah paralelisme sastra sebagaimana Kejadian bab awal diceritakan dalam bentuk sastra. Sebuah paralelisme yang aneh jika tiba-tiba keturunan wanita yang meremukkan ular adalah seorang laki-laki karena lawan dari ular adalah wanita.

2. Alkitab Indonesia menuliskan “…., keturunannya akan meremukkan kepalamu dan ….”. ini adalah frase krusial yang akan kita bahas.
Kenapa dipakai kata “keturunannya”? Karena kata ini oleh orang Kristen sering diartikan merujuk ke Yesus Kristus (ayat ini sering disebut protoevangelium). Kata “keturunannya” diterjemahkan dari bahasa ibrani. Dalam bahasa ibrani, ayat ini menggunakan kata ganti pria tunggal (singular masculine, yaitu HU), sehingga wajar-wajar saja jika diterjemahkan sebagai “keturunannya”, bukankah keturunan perempuan ini (Maria) adalah seorang pria (Yesus). Apakah benar demikian?

Perlu dipahami bahwa yang mengait-ngaitkan ayat ini dengan nubuatan Kelahiran Yesus sang Penebus adalah orang Kristen. Orang Yahudi tidak pernah mengait-ngaitkan ayat ini dengan Yesus. Jadi orang Yahudi dalam perdebatan antara Gereja Katolik dan Protestan ini dapat dipandang sebagai pihak netral. Yang menarik adalah apa yang diungkapkan oleh Philo, Josephus dan Maimonides. Ketiganya adalah orang Yahudi. Mereka mengutip ayat ini dan pada frase krusial yang kita bahas, mereka tidak menggunakan kata ganti pria tunggal (singular masculine, HU). Ketiganya menggunakan kata ganti wanita tunggal (singular feminine yaitu HE), yang otomatis merujuk pada sang wanita (Maria). Bahkan Philo merasa bahwa Hawa lah yang dirujuk dan Hawa lah yang akan mengalahkan ular. Sekali lagi orang Yahudi tidak mengaitkan ayat ini dengan Yesus. Tetapi karena kita mewarisi Perjanjian Lama dari Yahudi, pendapat mereka dan cara baca mereka perlu kita perhatikan khusus. dan ternyata ketiga orang ini membaca ayat ini dengan menggunakan kata ganti singular feminine (HE).

Philo dan Josephus hidup pada abad pertama, Maimonides hidup sekitar tahun 1200an. Sekarang pertanyaannya bukan di atas disebutkan bahwa kata “keturunannya” dalam frase krusial yang kita bahas ini berasal dari bahasa ibrani kata ganti singular masculine (HU)? Kok bisa ketiga orang ini menggunakan kata ganti singular feminine (HE)? Alkitab Indonesia merupakan terjemahan Alkitab Ibrani Masoretes. Pada sekitar tahun 600an, ada sekelompok ahli Ibrani yang dikenal sebagai Masorit, ingin memperbaiki pelafalan bahasa Ibrani. Bahasa Ibrani Kuno tertulis tidak mengenal vokal (yang ditulis hanyalah konsonan), jadi baik kata ganti singular masculine (HU) maupun kata ganti singular feminine (HE) ditulis sebagai H. Huruf vokal ditambahkan sesuai tradisi rabbinik (ini bukti lain bahwa sola scriptura saja tidak cukup). Kaum Masorit mengembangkan sistem point (nikkudim) yaitu pada konsonan ini diberi penanda dan tergantung dari letak penanda, kita akan tahu huruf vokal apa yang sesuai. Menurut sistem Ibrani masoretes, nikudim ditambahkan sedemikian rupa sehingga huruf H tadi akan dibaca HU (kata ganti singular masculine).

Ternyata sistem masoretes ini membingungkan dan banyak kelirunya. Setidaknya St. Robert Bellarmine dan St Alphonsus de Liquori pernah menyatakan kejelekan sistem ini tetapi mereka tidak mempermasalahkannya lebih lanjut karena bagi mereka Alkitab Latin Vulgata lebih dipercaya daripada Alkitab Ibrani Masoretes. Alkitab Latin Vulgata selesai diterjemahkan oleh St. Jerome pada tahun 400an, 200 tahun sebelum sistem Masoretes ditemukan. Pada frase krusial yang kita bahas St. Jerome menuliskan “ipsa conteret caput tuum”. Ipsa adalah kata ganti Latin singular feminina. St Jerome setuju dengan Philo, Josephus dan Maimonides. Keempat orang ini terutama St. Jerome, Philo dan Josephus hidup di masa yang lebih awal sehingga mereka mendapatkan akses ke tradisi rabbinik (tradisi para rabi) mengenai cara baca Alkitab (tepatnya Taurat). Dalam Ibrani Kuno yang tidak mengenal huruf vokal tertulis, mereka menggunakan kata ganti singular feminina HE karena para rabi mengajarkan demikian. Apakah hal ini tidak diketahui oleh kaum Masorit? Ada dugaan kaum masoretes memelintir Alkitab (Taurat) dengan sengaja.

Selain bahasa Ibrani Kuno, Taurat juga ditulis dalam bahasa Yunani yang dikenal dengan Septuaginta. Pada frase yang kita bahas, Septuaginta memang menggunakan kata ganti Yunani singular masculine, autos. Tetapi dalam catatan kaki diberi keterangan “allos aute” yang berarti kadang menggunakan kata ganti singular feminina (aute).

Semua Bapa Gereja Barat menggunakan kata ganti Latin singular feminina, ipsa. Para Bapa Gereja Timur memang menggunakan kata ganti Yunani singular masculine, autos tapi beliau-beliau mengetahui kalau ada catatan kaki “allos aute”. Orang Protestan 'sok fundamental' zaman sekarang saja yang tidak tahu. Bahkan seorang Bapa Gereja Timur yang dibesarkan dalam Bahasa Siria, bahasa yang serumpun dengan Ibrani Kuno yaitu St. Ephrem selalu menggunakan kata ganti Yunani singular feminina, aute. Ini karena St. Ephrem cukup familier dengan Ibrani Kuno sehingga tahu bahwa yang benar memang singular feminine, aute. Para Bapa Gereja Timur yang lainnya, saya tidak yakin, sepertinya tidak tahu bahasa Ibrani Kuno, tahunya hanya Yunani.

Jadi sebenarnya mereka yang mau berpura-pura sesuai dengan teks Ibrani dan menyerang Gereja Katolik tidak sadar bahwa yang mereka rujuk itu adalah Ibrani Masoretes, bukan Ibrani Kuno. Kalau mau konsisten maka yang dirujuk haruslah Ibrani Kuno. Bagi Gereja Katolik itu tidak masalah karena Vulgata diterjemahkan langsung dari Ibrani Kuno. Kaum modernist selalu mau tampil sok kuasa menerjemahkan, tetapi mereka menerjemahkan teks kuno dengan pengetahuan sekarang. Salah, seharusnya teks kuno diterjemahkan dengan cara baca kuno. Dalam hal ini st. Jerome, St. Epherem, Bapa Gereja Barat, Bapa Gereja Latin, Josephus, Philo dan Maimonides lah yang benar.


Dogma Gereja Katolik mempertegas yang meremukkan kepala ular adalah Bunda Maria.

"Oleh karena itu, sama seperti Kristus, yang adalah Pengantara antara Allah dan manusia, yang juga terdapat sifat manusia, menghapus sendiri dengan tangan-Nya akan dosa yang berdiri melawan kita, dan mengikatnya penuh kemenangan di kayu salib, sehingga Perawan paling suci, bersatu dengan Dia dalam hal yang paling intim dan ikatan tak terpisahkan, adalah, dengan Dia dan melalui Maria, selamanya permusuhan dengan ular yang jahat, benar-benar dimenangkan oleh dirinya, dan dengan demikian menghancurkan kepala ular tua dengan kaki yang tak bernoda." (Dogma Immaculate Conception, Paus Pius IX Konstitusi Apostolik, ineffabilis deus)
Terjemahan Inggris:
"Hence, just as Christ, the Mediator between God and man, assumed human nature, blotted the handwriting of the decree that stood against us, and fastened it triumphantly to the cross, so the most holy Virgin, united with him by a most intimate and indissoluble bond, was, with him and through him, eternally at enmity with the evil serpent, and most completely triumphed over him, and thus crushed his head with HER immaculate foot." (Dogma of the Immaculate Conception in Pope Pius IX’s Apostolic Constitution, Ineffabilis Deus)
Share this article :
+
Previous
Next Post »
1 Komentar untuk "Siapa yang Meremukkan Kepala Ular dalam Kejadian 3:15? Bunda Maria atau Yesus?"

Aaya tidak tahu karna sy Protestan