Ditulis oleh @FaktaKatolik dengan sedikit perbaikan bahasa.
Hmm.. Dalam beberapa hari terakhir kisah mualaf "lulusan terbaik Vatikan" rupanya diedarkan kembali di #twitter. Jadi ingin menanggapi, deh. Tapi berhubung sudah pernah ada ulasan dengan topik yang sama dari sesama Katolik, semoga ulasan kali ini tetap bisa menjadi referensi yang berarti.
Seperti sudah kita ketahui bersama, beberapa orang Katolik yang kemudian berpindah agama punya kebiasaan merekayasa kisah masa lalu hidup mereka. Kita menyebutnya "rekayasa", karena memang jika diteliti dengan bekal fakta-fakta pembanding yang memang mudah didapat, kisah-kisah mereka runtuh seketika. Begitulah nasib setiap kisah yang ditopang oleh kebohongan. Takkan lagi bisa berdiri tegak saat disandingkan dengan fakta.
Tapi tentu saja, ketika kisah itu disampaikan kepada audience yang pengetahuannya minim tentang "dunia" yang diceritakan dalam kisah itu, apa yang terjadi? Mereka tak punya pilihan selain percaya saja terhadap kisah itu, apalagi jika sudah dibumbui hal-hal yang membuai ego/fanatisme mereka; percaya buta.
Entah apa yang memotivasi para mantan Katolik itu ketika memutuskan untuk merekayasa sepenggal kisah masa lalu hidupnya sebagai orang Katolik. Tapi hal itu bisa kita lihat sebagai level moral-spiritual mereka, ketika membuat keputusan untuk "melompat pagar", keluar dari Katolik. Dan jika mereka "melompat pagar" dengan menggunakan "tangga kebohongan", apakah itu juga mencerminkan dunia mereka sekarang?
Anyway... Langsung saja, berikut ulasan kami menanggapi kisah sosok yang sekarang menyebut dirinya "Bangun Samudra" (selanjutnya disingkat "BS").
- Alkisah ada seorang mantan Katolik yang membangun imej diri sebagai sesosok mantan "pastor lulusan terbaik Vatikan".
- Sama seperti kisah para mualaf mantan Katolik asli Indonesia lainnya, kisahnya beredar dalam berbagai versi dengan detail yang berbeda-beda.
- Di sini akan kami coba rangkum potongan-potongan detail itu sebagai 1 kisah utuh dan kami komentari poin-poin yang memang harus disoroti.
- Bukannya apa-apa, tapi dengan memahami kisahnya secara utuh dengan kronologi yang lebih jelas, akan lebih tepat pula cara kita menyikapinya. Betul?
- Jadi, ulasan ini akan sedikit lebih detail jika dibandingkan dengan respon lain yang mungkin pernah kita baca, dari sesama Katolik juga.
- Kisah kehidupan seseorang takkan lengkap tanpa info tentang tanggal lahirnya. Sayangnya tanggal lahir BS tak disebutkan dalam semua referensi yang ada.
- Kita hanya temukan riwayat pendidikan BS, yang dari TK hingga SMA ditempuh di sekolah-sekolah Katolik di Surabaya:
- Katolik Kristus Raja, SD Katolik St Stanislaus, SMPK St Yohanes Gabriel, SMA Santa Maria.
- Kita juga dapati pengakuan bahwa BS pernah menempuh pendidikan di SMA Seminari St Vincentius a Paulo, Garum, Blitar.
- Di Blitar itu BS hanya menjalani "kelas persiapan" yang merupakan syarat wajib untuk bisa masuk Seminari Tinggi bagi lulusan SMA.
- Kelas persiapan ini bagi lulusan SMA disebut Kelas Persiapan Atas (KPA), yang dijalani hanya 1 tahun. Ini standar di semua Seminari Menengah.
- Sementara bagi yang dari awal (kelas 1 SMA) sudah memilih masuk Seminari Menengah, harus masuk Kelas Persiapan Pertama/Bawah (KPP/KPB) dulu.
- Jadi baik lulusan SMA biasa maupun SMA Seminari, sama-sama menempuh pendidikan wajib selama 4 tahun jika ingin melanjutkan Seminari Tinggi.
- Durasi kelas persiapan ini bukan "seharusnya 2 tahun, tapi bisa hanya 1 tahun bagi yang cerdas", seperti pengakuan BS. Tak percaya? Silakan cek sendiri.
- Tapi memang di SMA Seminari Garum ada sedikit perbedaan dari Seminari Menengah pada umumnya, yaitu setelah KPA ada "Kelas IV".
- Namun, apakah "Kelas IV" ini ditempuh atau tidak, tak berhubungan dengan kecerdasan, melainkan menyangkut pilihan kelanjutan studi.
- Tapi, dari cerita-cerita yang beredar di kalangan alumni SMA Seminari Garum, Blitar maupun SMA Santa Maria, Surabaya, ada fakta yang mengejutkan:
- Bahwa BS memang alumnus SMA Santa Maria, Surabaya, tapi pendidikannya di SMA Seminari Garum, Blitar tidak tuntas. Dari adik kelasnya di SMA Santa Maria ~> RT @EvaLaksmi: @FaktaKatolik yang pasti lulus SMA tahun 86.
- BS memang pernah menjalani studi di SMA Seminari Garum, Blitar, tapi bukan KPA, melainkan KPP/KPB. Ini membawa konsekuensi yang tak sepele:
- Karena tak tuntas jalani kelas persiapan (yang cuma 1 tahun itu!), otomatis BS tak memenuhi syarat wajib untuk bisa melanjutkan ke Seminari Tinggi.
- Seandainya BS tak gagal di SMA Seminari Garum, Blitar, takkan perlu ada cerita bahwa ia lalu bersekolah di SMA Santa Maria, Surabaya.
- Sampai di sini kita jadi bertanya-tanya, apa motif BS membual & berbohong tentang pendidikannya di Seminari Menengah Garum, Blitar?
- Setelah itu BS mengaku menempuh studi di Seminari Tinggi Beato Giovanni XXIII. Katanya, masa studi yang seharusnya 5 tahun cuma ditempuhnya 3 tahun.
- Lagi-lagi di sini BS bohong lagi dan membual lagi. Karena selain fakta bahwa ia tak memenuhi persyaratan akademis untuk melanjutkan ke Seminari Tinggi,
- Durasi studi di Seminari Tinggi Beato Giovanni XXIII pun bukan "seharusnya 5 tahun tapi bisa 3 tahun saja karena cerdas", tapi 4 tahun, flat.
- Pun umumnya para frater yang menempuh pendidikan S1 di Seminari Tinggi Beato Giovanni XXIII, sekaligus dengan S1 di STFT Widya Sasana.
- Keduanya sama-sama di Malang, dan sama-sama ditempuh selama 4 tahun, flat. Tanpa ada pengistimewaan apapun bagi para frater yang studi di sana.
- Klaim ngawur BS ini mirip-mirip lah dengan ngawurnya @stevenindraw| (1) chirpstory.com/li/273766 | (2) chirpstory.com/li/286180. MT @EvaLaksmi: yup saya pernah konfirmasi ke romo Dosen STFT Widya Sasana, yang pasti beliau terpingkal-pingkal dengan 'program akselerasi' BS, karena cerdas :p
- Lagi-lagi di sini kita mesti bertanya; apa motif BS memanipulasi deskripsi durasi studi (fiktif)-nya di Seminari Tinggi?
- FYI, di internet bertebaran CV alumni Seminari Menengah Garum, Seminari Tinggi Beato Giovanni XXIII, maupun STFT Widya Sasana.
- Bisa ditengok jika ingin dapatkan gambaran umum bagaimana sebenarnya studi di institusi-institusi tersebut. Bandingkan dengan deskripsi versi BS.
- Secara umum masa studi seorang calon pastor dari setelah level SMA/Seminari Menengah sampai ditahbiskan menjadi pastor sebenarnya standar.
- Dalam artian walaupun durasinya memang bervariasi (tergantung apakah jalur calon pastor Diosesan atau Ordo/Tarekat religius),
- Tapi tiap-tiap durasi standar itu berlaku bagi semua yang menempuhnya, tanpa ada pengistimewaan karena kecerdasan individual si calon pastor.
- Bahkan, dalam prakteknya, seorang frater bisa saja molor masa studinya, tapi mustahil dipercepat atas alasan apapun.
- Untuk calon pastor Diosesan, jika dihitung setelah SMA/Seminari, dari Tahun Orientasi Rohani sampai ditahbiskan sebagai pastor, lamanya 10-14 tahun.
- Durasi Tahun Orientasi Rohani, Tahun Diakonat, serta Tahun Orientasi Pastoral bisa bervariasi, tapi semua itu adalah tahapan non akademis.
- Sementara pada calon pastor dari Ordo/Tarekat religius, durasi totalnya antara 6-14 tahun. Tiap-tiap Ordo/Tarekat punya standarnya sendiri-sendiri.
- Bualan BS makin konyol: mengaku pernah merengek minta mobil ke Vatikan. Ini dalam kapasitas apa? Pastor tulen tidak mungkin begitu.
- Apalagi jika rengekan itu katanya disampaikan lewat "Dewan Gereja Indonesia" (sekarang PGI, lembaga Protestan!). Tidak sekalian saja lewat MUI?
- Kita jadi tak perlu heran jika bualan BS berlanjut: menempuh S2 di "Universitas Saint Peters, di Vatikan". Duh, nama universitasnya saja fiktif.
- Silakan dicari, jika memang ada "Universitas Saint Peters" di Vatikan, berikan datanya ke kami, setelah itu kalau mau bolehlah bully kami. :p
- Kalau universitasnya saja sudah fiktif, bagaimana dengan segala hal yang katanya dijalaninya di sana? Nyata? Sungguhan? Fakta? *mikir*
- Jadi, apakah BS memang "lulusan terbaik Vatikan", jika ia menempuh S2 di sebuah universitas fiktif yang entah dimana itu?
- Sebagai pembanding, ini kisah sosok pastor tulen, Rm Dr. Markus Solo K., SVD, yang berkecimpung dengan Islamologi: http://www.hidupkatolik.com/2013/03/08/pastor-dr-markus-solo-kewuta-svd-dari-lewouran-menuju-vatikan
- Membandingkan kisah Rm Markus dengan kisah BS, kita jadi perlu bertanya, jika BS memang mantan pastor, kapan & dimana penahbisan BS?
- Siapa pula yang menahbiskan? (tidak ada loh pastor kok 'dilantik'). Setelah itu, BS berkarya di Paroki mana? (tapi sudah jelas BS bukan mantan pastor)
- Di luar semua kebohongannya yang begitu kasat mata, ada begitu banyak "lobang" dalam klaim BS itu. Bisakah terisi oleh fakta?
- Atau mau pakai jurusnya @KristiantoHanny ketika membela @stevenindraw; "tanya ke KWI" (atau malah "tanya ke Vatikan")?? #LOL
- Jadi, siapapun anda, jika anda orang Katolik dan memang merasa sudah punya alasan kuat untuk tinggalkan Katolik, silakan saja.
- Hak anda, lah, itu. Hak asasi, malah. Tapi mbok ya yang elegan. Tak usahlah disertai ngarang macam-macam cerita bualan. Berbohong itu dosa, kan?
- Karena jika dengan pindah agama lalu standar moral anda terjun bebas seperti itu; berbohong tentang 1 hal lalu disusul kebohongan-kebohongan lain. Apa tujuannya?
- Apakah kenekatan seperti yang dilakukan BS (dan juga @stevenindraw) dengan kebohongannya itu ada kaitannya dengan "profesi" yang sekarang dipilihnya?
- Apa karena dengan berbohong, ngaku-ngaku sebagai orang-orang hebat, maka "pasar" yang mungkin sulit anda tembus sebagai orang yang bukan siapa-siapa, jadi lebih mudah terbuka?
- Yah, semoga saja level moral anda yang seperti itu bukanlah gambaran umum level moral komunitas baru anda.
- Sekian. Terimakasih bagi yang sudah menyimak. Mohon maaf apabila ada kata-kata dalam penyampaian kami yang kurang berkenan di hati. Selamat malam.
16 Komentar untuk "Mengungkap Fakta Dibalik Kisah Mualaf "Lulusan Terbaik Vatikan", Ust. Bangun Samudra"
Banyak2 nonton debat islam kristen internasional oleh ahmad dedad dan zakir nsik
Waduh dari penjelasannya kayaknya susah ya jadi kristen, sekolahnya lama dan berbelit2 hanya untuk dapat duit dari jemaatnya. Enakan masuk islam, cukup syahadat udah jadi muslim. Sebenarnya gak usah buat blog macam ini, malah menunjukkan keaslian sifat2 orang kristen kalau lulusan orang kristen pembohong. Dan dapat hidayah untuk masuk islam, semoga misionaris kristen yang buat blog ini mendapat hidayah seperti mereka yang muallaf walaupun sudah dituduh pembohong, wallahu alam.
Memang pembohong lebih pantas di dipilihannya yg sekarang, katolik tidak butuh orang yg sperti itu. Ada tertulis di injil " aku adalah alfa dan omega juga ada ayat " Sesudah aku akan datang banyak nabi nabi palsu"
Maaf Mas, memang seperti itulah proses seseorang yang mau menjadi pastor(bedakan pastor dgn pendeta, mereka berbeda. Pastor pemimpin agama katolik, pendeta agama kristen protestan). Utk menjadi pastor sekolahnya sangat lama dan asal tau saja, pastor itu digaji, tdk kawin, hidup di biara atau di gereja. Jadi jgn dibayangkan pastor itu akan kaya raya. Dia tdk butuh kemewahan krn hidup tanpa anak dan istri. Pekerjaannya sangat mulia, memimpin umatnya,berdoa, dan tugas tugas keagamaan. Lulusan kristen yg tdk kuat utk pasti akan meninggalkan kristen dan krn perlu uang baik utk makan maupun kemewahan makanya mereka perlu berbohong. Itu analogi yang benar. Mereka tidak siap hidup membiara yg sangat sangat sederhana
Intinya klo kalian membela diri biar kambing2 nya jangan kabur keluar dan mekuk islam
Memang begitulah omong kosongnya!!! Jangan mudah percaya orang yg klaim mualaf, selidiki fakta-faktanya sehingga tidak dikibulin mentah-mentah!!!
Katanya universitas saint Peter fiktif! Paket lu abis kali bro!!! Ntar gw beliin yah!tinggal Googling aja!!! Ada tuh universitas saint Peter di Roma vatikan! Berarti lu dong yang boong!!
Paket lu kali yg kebanyakan jadinya kebablasan...di vatikan gak ada universitas saint peters. Adanya di negara lain, Jersey - USA. Klo di vatikan sendiri gak ada.
Udah ratusan kali saya google...
Hampir aja sy percaya dengan komentar kamu. Emang ya agama situ doyannya hoax dan pembelaan. Udah salah, ngotot lagi...gak berjiwa besar mengakui kesalahan.
New Jersey Sama Roma, Italy jauh. Gak ada Saint Peter's di Roma. AGAMA kok sukanya sebar HOAX
Mungkin si Bs frustasi gagal di seminari, makanya pindah..... Mungkin ad masalah psikologis??
Saya seorang muslim.
Tolong ybs di laporkan ke polisi jika memang data2 kebohongan memang kuat. Sebab.. Jika ybs bohong dalam ceritanya maka yang dirugikan adalah umat muslim sebagai pendengar ceramah tersebut.
Tolonglah segera dilaporkan ke polisi...
Wekekekek....ternyata masih banyak yg belain BS.... pantesan....🤣🤣🤣
Diagama Islam baik buat iklan..
BUKA LOWONGAN USTADZ
Syarat:
1. Murtadin dari Kristen
2. Pendidukan ( TIDAK PENTING, Gelar NANTI DIBUATKAN kaya yahya waloni, bangun samudra)
3. Mampu dan siap memjual kebohongan dan menjelek jelekan Iman Kristen nya dulu..
Prospek profesi
Sangat menjanjikan, akan diundang dakwah kemana mana untuk berdakwah menceritakan kebohongannya tentang iman Kristennya (padahal ngawur )
Saya harus mengakui bahwa ada agama tertentu menerima imam, pendakwah untuk mengisi acara dakwah bohongan. Dan para umatnya selalu membela kebohongan.
Semoga kedepan Agama tersebut semakin ketat menerima pendakwahnya dan tidak asal-asalan agar jangan semakin banyak umat yg keliru, tertipu dan semakin kerasukan setan.
Saya kira motif BS adalah motif ekonomi..
Kenapa yah umat yg Non Katolik msh sulit membedakan menjadi Umat Katolik dan menjadi Imam/Pastor/Romo Katolik?
Memang tidak mudah utk menjadi Umat Katolik dibandingkan dgn menjadi Umat agama lain. Sblm diterima atau istilahnya dibaptis utk menjadi Umat Katolik, tentu hrs melalui tahapan spt pelajaran agama Katolik yg biasa dikenal kalangan Umat Katolik sbg peserta katekumen dan yg mengajarnya akan disebut Katekis. Pelajaran agama Katolik ini menjadi sangat penting spy mereka yg ingin menjadi Umat Katolik, betul² tahu dan paham pengenalan terhadap Agama Katolik. Pelajaran Agama Katolik ini rata² berlangsung minimal 1 (satu) tahun kadang bisa lebih. Dan belajarnya pun kadang seminggu satu kali saja dengan durasi pelajaran minimal 2 (dua) jam.
Jadi, kalaupun diperhatikan waktunya lama minimal setahun tp sebenarnya tidak menghabiskan satu tahun full dan mgkn hanya hitungan bulan saja kalau satu kali hanya 2 jam, sementara sehari ada 24 jam. Dalam pelajaran Agama Katolik pun ada tes² yg diberikan spy mereka yg belajar diuji sejauh mana mengerti dan pahan dgn pelajaran yg diberikan. Yah, namanya juga belajar spt layaknya menerima pendidikan formal tentu ada tes utk mengetahui sejauh mana yg sdh dipelajari. Baru tahapan selanjutnya apabila sdh "lulus" dan menyelesaikan pelajaran Agama Katolik serta dianggal layak utk bs diterima sbg Umat Katolik, ybs dibaptis dlm suatu Ibadat Misa dengan penerimaan Sakramen Baptis yg kemudian dilanjutkan dgn mengikuti Perayaan Ekaristi utk menerima Sakramen Ekaristi yg pertama kali.
Jadi sebenernya tidak terlalu sulit dan lama utk menjadi Umat Katolik, bukan spt yg selama ini dibayangkan oleh Umat Non Katolik.
Nah, apalagi ketika ada Umat Katolik yg ingin menjadi Imam/Pastor/Romo. Dptkah seseorang yg sblmnya berasal dr Umat Non Katolik dan setelah menjadi Umat Katolik berkeinginan menjadi Imam/Pastor/Romo? Dapat, walau tetap melalui proses dan tahapan krn memang tidak mudah utk menjadi Imam/Pastor/Romo. Karena setelah menerima Sakramen Baptis dan Sakramen Ekaristi, msh ada sakramen inisiasi lain yg hrs diterima oleh Umat yg berpindah menjadi Umat Katolik yaitu Sakramen Krisma. Selain itu, yg utamanya adal bahwa ybs belum menikah alias perjaka tingting ( walau belum tahu apakah memang perjaka tingting atau bukan). Yg jelas memang belum pernah menikah secara resmi menurut catatan sipil atau aturan dr agama yg sblmnya.
Itu, baru syarat² yg dasar, belum syarat² lainnya, apalagi menempuh proses dan pendidikannya spt yg sdh dijelaskan juga dlm artikel diatas. Memang utk menjadi Imam/Pastor/Romo membutuhkan waktu yg lama dan prosesnya hrs mengikuti beberapa tahapan.
Jadi, jelas beda antara menjadi Umat Katolik yg berpindah dr agama lain dan menjadi Imam/Pastor/Romo.