Deklarasi Perempuan Muslim dan Katolik Berkerudung, Toleransi Keagamaan

Deklarasi Perempuan Muslim dan Katolik Berkerudung, Toleransi Keagamaan

UNGARAN – Suasana gereja Kristus Raja, Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (9/3) lain dari pada biasanya. Namun bukan lantaran bertepatan dengan fenomena alam gerhana matahari total, melainkan karena berkumpulnya ratusan perempuan berjilbab dan bermantila yang mewakili komunitas perempuan Muslim-Katolik di Semarang dan sekitarnya.

Sebuah pemandangan langka terjadi. Setelah lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dinyanyikan sebagai pembuka, juga mengalun syahdu kalimat-kalimat suci Al Quran dan Kidung Magnificat Maria mengawali pertemuan perempuan lintas iman yang dihelat di halaman gereja Katolik terbesar di Kabupaten Semarang ini. “Ya Badrotim”, sebuah madah atau syair-syair sanjungan atas Nabi Muhammad SAW melantun merdu dari grup rebana modern siswa-siswi Muslim dari SMK Kanisius Ungaran.

Madah yang termaktub dalam Kitab Maulid Ad-Diba’i karya Al Imam Wajihuddin Abdur Rahman ini semakin rancak dengan tampilan tarian sufi yang dibawakan para santri dan santriwati Pondok Pesantren Al Islah Tembalang, Semarang pimpinan Kyai Budi Hardjono.

Tak hanya itu, dinamika keakraban juga diperlihatkan dengan menyanyikan beberapa lagu modern yang membuat peserta bisa saling akrab dan cair, seperti lagu "Beragam Kita Satu", "Dalam Tuhan Kita Bersaudara", dan "Perdamaian". Ketiga lagu itu dinyanyikan oleh para suster serta para perempuan dari Fatayat dan Muslimat.

"Sekarang ini, banyak rumor tentang keretakan antar-agama, terutama Muslim dan Kristiani. Namun, di sini, saya melihat antara Romo Budi dan juga Kiai Budi, mereka punya inisiatif untuk bagaimana mempererat persaudaraan antara wanita Muslim dan Kristiani," kata Ariani (30), warga Ungaran yang juga anggota jemaat Gereja Kristus Raja Ungaran ini.

Itulah sepenggal suka cita dalam acara yang diberi tajuk “Jumpa Hati Perempuan Lintas Agama” yang baru kali ini digelar di Semarang. Semangat pluralisme dan toleransi yang dibangun Persaudaraan Perempuan Lintas Agama ini juga diperteguh dengan sebuah deklarasi yang memuat empat pokok tujuan pertemuan tersebut.

Pertama, bersyukur karena telah mengalami perjumpaan yang menggembirakan dan saling meneguhkan, dengan hati menembus ruang dan waktu, merobohkan sekat-sekat pemisah, demi mewujudkan persaudaraan sejati antar umat manusia.

Kedua, bertekad terus bergerak menjadi promotor perdamaian sesuai iman, agama dan kepercayaan masing-masing, mengajak siapa saja untuk mewujudkan perdamaian dalam kehidupan bersama.

Ketiga, bertekad akan terus belajar saling memahami dan mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing dengan sebaik-baiknya, hidup rukun, baik dan benar secara pribadi dalam keluarga, komunitas, masyarakat dan bangsa.

Keempat, akan terus merajut dialog dan kerjasama dalam gerakan kebudayaan dan kemanusiaan yang kian meluas dengan siapa saja di tengah masyarakat, terutama para perempuan beriman, sesuai dengan agama masing-masing, demi mewujudkan dan membangun peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia dan dunia yang sejahtera, bermartabat, dan beriman, apapun agama dan kepercayaannya dalam sikap saling menghormati dan menghargai.

Suasana jalinan indah persaudaraan perempuan lintas agama itu bahkan terlihat hingga di penghujung acara, di mana para peserta beragama Islam berdoa dan melaksanakan ibadah Shalat Dhuhur di Masjid Jami’ Istiqomah yang tepat berada di seberang jalan Gereja Kristus Raja Ungaran.

Sementara para biarawati dan perempuan Katolik mengadakan Ibadat Siang di Gereja Kristus Raja. Sesudah itu, peserta yang beragama Kristiani menyusul ke masjid untuk mengadakan acara pengenalan masjid sekaligus menutup acara di kompleks masjid dengan menyanyikan lagu “Kemesraan”. 

Sumber:
Share this article :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Deklarasi Perempuan Muslim dan Katolik Berkerudung, Toleransi Keagamaan"