BANTUL - Bagi umat Katolik, bulan Mei merupakan bulan suci Maria yakni bulan untuk menghormati Maria, Bunda Yesus. Oleh karena itulah di bulan ini banyak umat Katolik yang melakukan ziarah. Ziarah biasanya menyasar tempat-tempat yang pernah terjadi penampakan Maria seperti goa, atau sendang (sumber air) atau lokasi khusus lainnya.
Di Yogyakarta dan Jawa Tengah, tempat ziarah yang biasa dikunjungi umat Katolik antara lain Sendangsono di Kalibawang, Goa Tritis di Gunung Kidul, Goa Kerep di Ambarawa, dan Sendang Sriningsih di Gayamharjo, Prambanan.
Selain goa dan sendang tersebut ada juga lokasi khusus di Yogyakarta yang belakangan juga menjadi tujuan ziarah umat Katolik. Yakni, Gereja Ganjuran.
Gereja Ganjuran terletak di Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul, sekitar 17 kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta. Kompleks gereja ini berdiri di tanah seluas 2,5 hektare termasuk tempat parkir, candi, gereja, pastoran, dan beberapa bangunan lainnya.
Gereja Ganjuran dibangun pada tahun 1924 oleh dua bersaudara asal Belanda Joseph Smutzer dan Julius Smutzer. Kakak beradik ini adalah pengelola Pabrik gula Gondang Lipuro. Dibantu arsitek yang juga berasal dari Belanda, J Yh Van Oyen, leluarga Smutzer membangun gereja ini sebagai wujud sosial mereka untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar pabrik khususnya para karyawan pabrik yang mereka kelola.
Selain gereja, Keluarga Schmutzer juga membangun rumah sakit, menyokong orang miskin, mendidik orang yang belum terpelajar. Kesemuanya dilakukan untuk mengangkat harkat martabat penduduk Ganjuran.
Pada 1927, untuk menyempurnakan tempat ini dibuatlah candi yang dinamai Candi Hati Kudus, dengan hiasan relief bunga teratai dan patung Yesus dengan pakaian Jawa.
Jauh berbeda dengan gereja yang umumnya berarsitektur Eropa, jika dilihat secara keseluruhan, bangunan Gereja Ganjuran merupakan perpaduan antara gaya Eropa, Jawa, dan Hindu-Budha.
Nuansa Eropa tampak pada bangunan berbentuk salib jika terlihat dari udara. Gaya Jawa tampak pada bangunan bergaya joglo yang dihiasi dengan ukiran Jawa seluas 600 meter persegi. Ini termasuk ukiran nanas dari kayu serta ukiran berbentuk jajar genjang yang disebut wajikan. Altarnya pun dihiasi dengan malaikat yang berbusana tokoh wayang orang.
Demikian juga atap yang berbentuk tajug dan didukung 4 tiang kayu jati yang menggambarkan empat penulis Injil, yakni Matius, Markus, Lukas, Yohanes adalah gaya Jawa.
Gaya Jawa juga terlihat pada altar, sakristi (tempat penyimpanan alat misa), wadah air Baptis, dan tempat katekis, serta patung Yesus dan Bunda Maria yang sedang mengendong putranya dengan berbusana Jawa.
Pada altar terdapat relief yang menggambarkan pepohonan, bunga-bunga, tiga burung pemakan bangkai dan dua rusa yang sedang minum dari sumber air yang memancarkan tujuh aliran air.
Terdapat juga dua buah patung malaikat dengan corak jawa dalam posisi menyembah. Selain altar yang dibuat dengan corak jawa, ada dua buah relief di kanan dan kiri gereja dengan bentuk relief Hati Kudus Yesus dan relief Bunda Maria.
Relief Hati Kudus Yesus digambarkan sebagai raja Jawa yang bertahta di singgasana, sedangkan Relief Bunda Maria digambarkan sebagai ratu Jawa yang sedang menggendong Yesus yang masih kecil, sementara nuansa Hindu-Budha terlihat pada bangunan candinya.
Di samping perpaduan gaya arsitektur yang unik tersebut, Gereja Ganjuran juga mempunyai beberapa catatan istimewa. Uskup pertama Indonesia Rm Albertus Soegijapranata SJ dulu merupakan pastor di gereja ini dan ditahbiskan pada tahun 1942. Kardinal pertama Indonesia Rm Yustinus Darmayuwana Pr, juga pernah menjadi pastor di gereja ini pada tahun 1947 hingga 1950.
Gereja Ganjuran semakin layak dijadikan tempat ziarah ketika pada tahun 1998 di bawah candi ditemukan mata air dari dasar candi Hati Kudus Yesus.
Sumber air tersebut memiliki air yang jernih dan dapat langsung diminum, serta berkhasiat menyembuhkan. Sumber air ini kemudian diberi nama Tirta Perwitasari karena Perwita merupakan orang yang petamakali merasakan khasiat air tersebut.
Setiap peziarah yang sakit dan berharap dapat beroleh kesembuhan bisa melakukan ritual doa di sini. Yakni, mengambil tirta perwitasari di samping candi, kemudian duduk bersimpuh di depan candi dan memanjatkan doa serta permohonan, dan terakhir masuk dalam candi dan berdoa di depan patung Yesus Kristus.
Jadwal misa
Adapun Gereja Ganjuran memberikan pelayanan misa meliputi
Adapun Gereja Ganjuran memberikan pelayanan misa meliputi
Misa Harian
Senin, Selasa, Rabu 05:30 Bahasa Indonesia
Kamis, Jumat, Sabtu 05:30 Bahasa Jawa
Senin, Selasa, Rabu 05:30 Bahasa Indonesia
Kamis, Jumat, Sabtu 05:30 Bahasa Jawa
Misa Mingguan
Sabtu 16:00 Bahasa Jawa
Sabtu 18:00 Bahasa Indonesia
Minggu 07:00 Bahasa Jawa
Minggu 16:00 Bahasa Indonesia
Sabtu 16:00 Bahasa Jawa
Sabtu 18:00 Bahasa Indonesia
Minggu 07:00 Bahasa Jawa
Minggu 16:00 Bahasa Indonesia
Misa Bulanan
Misa malam Jumat Pertama, setiap hari Kamis minggu pertama, pukul 19:00 bertempat di halaman Candi Ganjuran.
Misa malam Jumat Pertama, setiap hari Kamis minggu pertama, pukul 19:00 bertempat di halaman Candi Ganjuran.
Misa Tahunan
Misa Prosesi Agung, setiap hari Minggu terakhir di bulan Juni.
Berikut beberapa foto Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran
Misa Prosesi Agung, setiap hari Minggu terakhir di bulan Juni.
Berikut beberapa foto Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran
0 Komentar untuk "Gereja Ganjuran, Tempat Ziarah Khas Jawa Hindu"